Pesat Meski Minim Dana


Meski minim dana , kegiatan-kegiatan FLP tak pernah berhenti. Hampir setiap minggu ada saja acara kepenulisan yang diadakan oleh FLP, baik pada kepengurusan pusat, wilayah (propinsi), cabang (kota, kabupaten) atau ranting (ranting FLP adalah sebutan untuk kepengurusan FLP di sekolah, pesantren atau universitas). Saya sendiri dua minggu sekali harus ke luar propinsi untuk menghadiri acara-acara yang diadakan FLP disana.
Untuk program penerbitan buku sampai saat ini FLP bekerja sama dengan para penerbit seperti Syaamil (Bandung), Mizan (Bandung), Era Intermedia (Solo), D & D Publishing House (Solo), Pustaka Annida (Jakarta), FBA Press (Depok), Gunung Agung (Jakarta), Pustaka Ummat (Bandung), Zikrul Hakim (Jakarta), Ghalia (Jakarta), Gramedia (Jakarta), Senayan Abadi (Jakarta), Cakrawala (Jakarta), Fastabiq Media (Semarang), Darussalam (Yogyakarta), dan masih banyak lagi. Tahun 2003 bersamaan dengan terbentuknya Yayasan Lingkar Pena yang menjadi badan hukum FLP , FLP membuat penerbitan sendiri yang diberi nama: Lingkar Pena Publishing House.
Selama delapan tahun keberadaan FLP, lebih dari 400 buku karya rekan FLP terbit dan pemasarannya tergolong bagus. Karena itu kini semakin banyak penerbit dari berbagai kalangan yang mengajak FLP bekerjasama dalam usaha penerbitan buku.
Uniknya, rekan-rekan muda FLP di beberapa propinsi juga mengumpulkan naskah dan menerbitkan buku karya para penulis daerah mereka. Misalnya buku Doa Untuk Sebuah Negeri karya FLP Aceh (Syaamil, 2001), Atas Nama Cinta, karya FLP Bandung (Syaamil, 2000) atau Salsa Tersayang (Syaamil, 2000) dan Tarian Sang Hudoq (Syaamil 2002), karya FLP Kalimantan Timur, Kucing Tiga Warna karya FLP Sumatera Selatan (Syaamil, 2002), Jatuh Cinta Pada Bunga karya FLP Surakarta (Era Intermedia, 2002), Karma Sang Srigala karya FLP Semarang (Era Intermedia, 2002), Lihatkan Bintang Untukku karya FLP Yogyakarta (Mizan, 2003), Surga yang Membisu karya FLP Depok (Zikrul Hakim, 2003), Kutemukan Warna karya FLP Mesir (Mizan, 2003), Bintang di Langit Baiturrahman (FLP Aceh), dan masih banyak lagi.
Cermin dan Malam Ganjil (FBA Press, 2002) adalah antologi cerpen bersama FLP yang didedikasikan bagi sastrawan senior Yusakh Ananda. Seluruh honor pengarang diserahkan langsung saat milad (ulang tahun penulis) FLP tahun 2002 lalu, kepada Ibnu HS (Ketua FLP Kalimantan Barat), mewakili Sastrawan Yusakh Ananda (68 th).
Sebelumnya FLP juga membuat kumpulan cerpen bersama: Ketika Duka Tersenyum (FBA Press, 2002) yang seluruh penjualannya didedikasikan bagi Pipiet Senja, pengarang prolifik pengidap thalassemia. Buku lainnya: Doa untuk Sebuah Negeri (Syaamil, 2000) adalah karya para perempuan pengarang FLP Aceh yang berusia 18-28 tahun. Buku tersebut didedikasikan bagi para anak, janda dan pengungsi Aceh. Buku Merah di Jenin (FBA Press, 2002) yang merupakan ‘keroyokan’ para pengarang FLP nusantara juga FLP Mesir didedikasikan bagi anak-anak Palestina. Meski bukunya baru diluncurkan, FLP menyumbangkan seluruh royalti buku untuk anak-anak Palestina tersebut, melalui MER-C (organisasi bantuan medis sukarela penulis).
Baru-baru ini, bekerjasama dengan 5 penerbit, FLP memprakarsai gerakan menyumbang dengan cerpen, yaitu penggalangan dana bagi korban gempa-tsunami di Aceh dengan cara menyumbang cerpen. Alhamdulillah langsung terkumpul dana 40 juta dimuka, untuk 5 buku yang akan diterbitkan. Penerbitan buku-buku seperti itu menjadi salah satu bagian dari program kampanye “satra untuk kemanusiaan” yang akan terus dilakukan FLP melalui antologi kasih.
FLP juga telah memberikan Anugerah Pena untuk anggota dengan karya berkualitas. Mereka yang menerima Anugerah Pena tahun 2005 adalah Habiburrahman el Shirazi (Ayat-Ayat Cinta, Republika 2004), Asma Nadia (Cinta Tak Pernah Menari, Gramedia), Novia Syahidah (Di Selubung Malam, Mizan 2003), Dijemput Malaikat (Palris Jaya, Mizan 2003), Pagi Ini Aku Cantik Sekali (Azimah Rahayu) serta Abdurahman Faiz (Untuk Bunda dan Dunia, Mizan 2004). Tahun ini Kuntowijoyo menerima Anugerah Pena untuk Pengabdian di Bidang Sastra dan uang 10 juta rupiah. Sementara FLP Hongkong terpilih sebagai FLP Wilayah Terpuji.
Di luar hal tersebut, kini di setiap kota yang memiliki cabang FLP, secara bertahap mulai didirikan Rumah-rumah Cahaya (rumah baCA dan HAsilkan karYA). Tempat tersebut bukan sekadar dijadikan sebagai taman bacaan, melainkan juga tempat latihan menulis gratis– bagi kalangan dhuafa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-hati! Anakku Galak Buk, Hikkksss

Pacaran?

Giveaway #diatasWaktuAkuMenemukamu