Cerpen sebagai DARE


(BINGUNG JUDULNYA)



            Aku menggeliat manja di atas ranjang tempat tidurku yang dibalut sprei berwarna ungu muda – warna kesukaanku - . Hari ini aku ada janji untuk keluar rumah dengan seseorang. Jam yang memeluk dinding kamarku menunjukkan pukul 8:00 pagi. Pantas saja cahaya matahari sudah membelai lembut kulit wajahku. Ya, cahaya-cahaya itu masuk melalui jendela tanpa permisi. Persisi seperti dia yang akhir-akhir ini menerobos masuk dan merusak dinding pertahanan hatiku. Mengukir kata dan meninggalkan bekas relief namanya di lubuk hatiku. Aku menghela napas dan bergegas menuju kamar mandi.
***
            Namanya Yudha. Aku bertemu dengannya kali pertama di toko buku, saat sama-sama menghadiri talkshow. Tapi semuanya berjalan begitu saja. Bahkan aku tak sedikit pun berniat menyapanya. Aku tahu tentangnya dari dua temanku yang mengaguminya. Semua berlalu tanpa ada bekas yang tertinggal di ingatan.
            Hingga suatu hari, sebuah pengumuman gathering kepenulisan di Anyer menyedot perhatianku. Sebagai seorang yang cinta dengan dunia sastra, aku tak mau ketinggalan. Ternyata di sana aku lagi-lagi bertemu dengan Yudha. Saat itu, menatapnya menimbulkan desiran aneh dalam hatiku. Entah apa artinya. Yang aku tahu, aku tak boleh menatapnya lebih lama lagi.
            Matahari tepat berada di atas kepala. Sinarnya membuncah bagai pedang sang ksatria yang siap menikam musuh. Cukup panas untuk ukuran yang seharusnya musim hujan saat itu. Bangku kayu di depan villa, menjadi pilihanku menikmati suasana tenang. Deburan ombak di pantai Anyer membuat aku sedikit mengantuk.
            “Hai, sendiri? Boleh aku duduk di sebelah kamu?” suara seseorang mengagetkanku dari belakang. Aku menoleh.
            “Astaga…” gumamku nyaris tak terdengar.
            Bagai gendang yang ditabuh, hatiku bergemuruh. Tatapan mata indahnya membuatku salah tingkah. Untunglah semua bisa kuatasi. Berbincang dengannya, membuatku semakin mengerti cara mengagumi. Dia yang cerdas dasi setiap kata-kata yang diucapkannya, membuat aku tak bisa beralih lama-lama darinya. Bahkan yang tak wajar adalah, aku ingin selalu jadi yang ia perhatikan.
            Pertemananku dengannya terus berlanjut hingga acara gathering selesai. Bertukar nomor ponsel, saling follow twitter dan berteman di facebook, semakin memudahkan komunikasi kami. Dan rasanya masih sama. Kagum yang menggebu, bahagia yang saling menyatu, bahkan rindu yang mengetuk hati kala tak saling bertemu.
***
            Rasa segar mendekap tubuhku saat baru saja selesai mandi. Berbalut jeans biru pudar dan kaos putih bergambar Doraemon, aku menepuk ringan bedak ke wajahku. Saat ini aku justru tengah ketakutan. Takut kalau cinta bekerja antara aku dan Yudha. Meski sejatinya, Yudha masih sendiri.
            “Sudah siap, Sayang?” lelaki yang baru saja muncul dari balik pintu itu mengacak-acak rambutku. Daniel.
            Aku mengangguk, menatap wajahnya yang tersenyum kearahku. Mulutnya mengisyaratkan sebuah kalimat ‘I Love You’. Aku membalasnya dengan terpejam dan menunduk sedih.
            Daniel. Lelaki di hadapanku inilah yang membuatku takut. Aku takut menyakiti hatinya. Karena Daniel lebih dulu mengukir namanya di hatiku meski nyatanya kini nama itu kian terkikis. Yudha memang masih sendiri, tapi tidak denganku.
            Aku mendongak, “I love you too,” balasku pelan.

Komentar

  1. romantis banget :>

    I invite you to enter my giveaway to win cute bag and pretty bracelet ^^
    http://luchluchcraft.blogspot.com/2013/05/international-giveaway-dskoncom-x-luch.html

    BalasHapus
  2. Aww this is really nice! You are good at this!

    I am having an international clothing giveaway on my blog.
    Hope you participate.

    http://allthingsdesirable.blogspot.in

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-hati! Anakku Galak Buk, Hikkksss

Pacaran?

Giveaway #diatasWaktuAkuMenemukamu